HELENISME
Helenisme
berasal dari kata hellas yang berarti
Yunani. Istilah ini mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi oleh
Yunani yang berjaya di tiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir.
Aristoteles
meninggal pada 322 SM, pada saat Athena kehilangan dominasinya akibat
pemberontakan politik Alexander Agung raja Macedonia. Aristoteles pernah
menjadi guru bagi Alexander Agung, aristoteles juga bersala dri Macedonia.
Dengan penaklukannya Alexander Agung menyatukan Mesir dan dunia Timur hingga
India dengan peradaban Yunani. Peradaban dengan kebudayaan dan bahasa Yunani
yang memegang peranan disebut Helenisme. Periode ini berlangsung selama
kira-kira 300 tahun.
Helenisme
ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan
menjadi terhapus. Agama, filsafat dan ilmu pengetahuan dari berbagai negara
bertemu dan melebur. Rumusan-rumusan agama baru muncul karena meleburnya
berbagai keyakinan membentuk sinkretisme atau perpaduan keyakinan. Ciri umum
pembentukan agama baru sepanjang periode Helenistik adalah muatan ajaran
mengenai bagaimana umat manusia dapat
terlepas dari kematian.
Filsafat
helenistik berusaha mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan oleh Socrates,
Plato dan Aristoteles. Ciri umum pada semua filsafat itu adalah hasrat untuk
mengetahui cara terbaik bagi manusia dalam menjalani kehidupan dan kematian.
Semua berbicara tentang etika. Tekanan terbesar diberikan pada upaya menemukan
apakah kebahagiaan sejati itu dan bagaimana mencapainya.
a.
Kaum Sinis (sinisme)
Konon
suatu hari Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual segala
macam benda akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak kuperlukan!”.
Pernyataan ini merupakan motto aliran filsafat sinis yang didirikan oleh
Antithenes di Athena sekitar 400 SM. Antistenes pernah menjadi murid Socrates
dan sangat tertarik pada kesederhanaannya.
Kaum
sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan
lahiriah seperti kemewahan materi; kekuasaan politik, kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidak tergantungan pada segala yang acak dan
mengambang. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh setiap orang. Kaum sinis yang paling
terkenal adalah Diogenes murid Anthistenes yang hidup dalam sebuah tong. Dia
juga merupakan sahabat dari Alexander Agung.
b.
Kaum Stoik
Aliran
filsafat ini didirikan oleh Zeno pada sekitar 300 SM di Athena. Nama stoik
berasal dari kata Yunani yang berarti beranda karena di ajarkan di serambi.
Seperti Heraclitus, kaum Stoik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari
satu akal atau logos yang sama. Setiap orang adalah seperti sebuah dunia
miniatur atau “mikrokosmos”, yang merupakan cerminan dari “makrokosmos”. Ada
suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum alam. Hukum alam ini didasarkan
pada akal manusia yang abadi dan universal karena itu tidak akan berubah
sejalan dengan berlalunya waktu dan berpindahnya tempat.
Tidak
ada perbedaan antara individu dan alam raya, serta tidak ada pertentangan
antara roh dan materi. Hanya ada satu alam. Gagasan semacam ini disebut monisme
(kebalikan dari dualisme). Banyak diantara kaum Stoik ini merupakan negarawan
yang aktif, seperti kaisar Romawi Marcus Aurelius. Cicero orator filsuf dan
negarawan yang membentuk kosep humanisme dan Seneca.
Semua
proses alam seperti penyakit dan kematian mengikuti hukum alam yang tidak
pernah lekang. Karena itu manusia harus belajar menerima takdirnya. Tidak ada
sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu terjadi karena ada
sebabnya, tidak ada gunanya mengeluh jika takdir datang mengetuk pintu. Orang
harus menerima peristiwa yang membahagiakan dalam hidup tanpa gelisah. Sekarang
kita menggunakan ketenangan stoik untuk orang yang tidak membiarkan perasaan
menguasai dirinya.
c.
Epicureanisme
Seorang murid Socrates yang bernama
Aristippus mengatakan bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan inderawi
mungkin. Semboyannya berbunyi “kebaikan
tertinggi adalah kenikmatan, dan kejahatan
tertinggi adalah penderitaan”. Oleh karena itu ajarannya mengenai suatu
cara hidup yang tujuannya adalah menghindari penderitaan dalam segala bentuknya
( Jostein Gaarder 2004, 153). Pandangan ini wajar dan manusiawi, akan tetapi
dalam kenyataan tidak seorang manusia pun dapat bebas dari penderitaan. setinggi
Bencana, kecelakaan, penyakit dan kematian tak pernah diinginkan dan selalu
dihindari, namun jika kemalangan tersebut datang tak seorang manusiapun dapat
menolaknya.
Epicurus
(341-270) kemudian mengembangkan ajaran Aristippus tersebut diatas dalam aliran filsafat disebut epikurisme.
Kaum epicurean ini umumnya hidup di taman, mereka dikenal sebagai para filsuf
taman. Mereka tinggal diitaman karena sebagai tempat yang indah, taman
menyajikan pemandangan yang indah yang dapat memberikan kenikmatan. Di atas
taman itu dipasang pengumuman,” orang asing disini kalian akan hidup senang. Di
sini kenikmatan adalah kebaikan tertinggi”. Ukuran kebaikan adalah tingkat
kenikmatan. Kenikmatan ini akan membawa kebahagiaan bagi manusia. Oleh karena
itu kenikmatan harus dikejar, namun demikian hasil-hasil yang menyenangkan dari suatu tindakan harus selalu
mempertimbangkan efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
Misalnya seorang
yang begitu gemar face book mendapat libur untuk istirahat selama 3 hari.
Dia bebas untuk onlie selama masa
liburnya tersebut. Dia pun face bookan
sepuasnya sampai dini hari selama tiga hari. Dia betul betul menikmati
waktu-waktu onlinenya selama liburnya. Tapi sebagai akibat dari kesenangan yang
tanpa pertimbangan tersebut ia menderita sakit! Oleh karena itu harus diingat
bahwa kesenangan itu baik, asal selalu
sekadarnya .”Kita harus memiliki
kesenangan, tetapi kesenangan tidak
boleh memiliki kita”. Mengeksploitasi kesenangan secara berlebihan akan
menimbulkan ketergantungan. Kesenangan yang berlebihan justru akan menimbulkan
kegelisahan. Umumnya manusia tidak akan pernah sampai pada titik dimana ia
merasa bahwa segala keinginannya telah terpenuhi. Jika hal ini diaplikasikan
dalam perburuan kenikmatan maka bukan lagi manusia yang memiliki kesenangan
tetapi justru kesenanganlah yang memiliki manusia atau dengan kata lain manusia
diperbudak oleh kesenangan.
Untuk
mencapai kenikmatan hidup yang maksimal, maka memerlukan pengendalian diri. Hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek
harus ditahan demi kemungkinan munculnya kenikmatan yang lebih besar, lebih
kekal atau lebih hebat dalam jangka
waktu yang lebih panjang. Contohnya seorang pegawai berpenghasilan satu
juta sebulan, untuk biaya hidupnya ia memakai 700ribu dari gaji tersebut,
sehingga masih sisa 300 ribu.
Karena ia seorang perokok maka ia memerlukan 10 ribu untuk sebungkus rokok.
Jadi sisa gajinya habis untuk membeli rokok. Ia dapat menikmati satu batang
rokok selama kurang lebih lima menit.
Namun sebagai ganjaran dari kenikmatan yang ia peroleh, ia secara
perlahan ia ia mengasapi paru-paru dan tubuhnya dengan racun nikotin, sehingga
sedikit demi sedikit ia terus menabung penyakit untuk masa depannya. Sementara
itu sisa gajinya hilang bersama asap rokok. Dalam hal ini kerugian yang ia
tanggung jauh lebih besar dibandingkan kenikmatan yang diperolehnya. Padahal
jika sisa gajinya ia tabung, dalam lima bulan ia sudah bisa mendapat motor
cicilan. Motor itu dapat ia manfaatkan dan nikmati dalam jangka waktu yang
lebih lama.
Manusia
memiliki akal yang membuatnya mampu berpikir lebih panjang dan membuat
perencanaan dalam hidupnya. Menunda atau menolak sesuatu yang kurang bermanfaat
untuk sesuatu yang lebih berguna dan membahagiakan memerlukan perhitungan
matang. Oleh karena itu manusia perlu mempunyai kemampuan untuk membuat “kalkulasi kenikmatan”.
Rokok memang nikmat, tetapi bebas pergi kemana-mana dengan motor lebih
menyenangkan, bahkan motorpun dapat menjadi mesin uang jika dipakai mengojek!
Kenikmatan,
bukan hanya berupa kenikmatan fisik atau
kenikmatan inderawi. Kenikmatan juga dapat diperoleh melalui penghargaan
terhadap nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti persahabatan dan
penghargaan terhadap kesenian termasuk disini. Epicurus sendiri mengartikan
kenikmatan terutama berupa kesenangan dalam pikiran. Seorang manusia dapat
berbahagia dalam hidupnya jika ia memperoleh ketenangan jiwa (atoraxia) (bnd. Harry Hammersma, 2009, 20).
Rasa puas dapat menimbulkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan dapat
menenangkan seseorang sehingga tidak membutuhkan lagi apa-apa. Menurut cita-cita Yunani Kuno untuk dapat
menikmati hidup diperlukan control-diri, kesederhanaan dan ketulusan hati.
Manusia harus bijaksana. Ia harus puas menikmati hal-hal kecil dan sederhana.
Nafsu harus dikekang , dengan demikian kita akan memperoleh ketentraman hati
yang akan membantu kita menahan penderitaan. Dengan cara ini manusia akan
mencapai kebebasan batin.
Kematian tidak
menakutkan sebab selama kita hidup kematian tidak bersama kita, dan ketikan ia
datang kita tidak ada lagi. Kaum epikurus hidup dalam pengasingan, kurang
berminat pada masalah politik dam masyarakat. Banyak pengikut epicurus yang
mengembangkan pemanjaan diri yang berlebihan. Motto mereka hidup untuk saat
ini.
d.
Neoplatonisme
Kecenderungan
filsafat paling mengagumkan pada periode helenistik akhir adalah yang diilhami
oleh filsafat Plato yang disebut neoplatonisme. Tokoh paling penting dalam neoplatonisme
adalah Plotinus. Plotinos membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing
keras dengan ajaran Kristen. Namun neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat
dalam aliran utama teologi Kristen.
Plato
mengajarkan tentang dunia ide dan dunia indra, serta perbedaan tajam antara
jiwa dan raga. Manusia adalah makhluk ganda: raga/tubuh terdiri dari debu tanah dan jiwa yang kekal.
Plotinos
percaya bahwa dunia terentang diantara dua kutub. Di ujung yang satu adalah
cahaya ilahi yang dinamakan Yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya adalah
kegelapan muktlak, yang tidak menerima cahaya dari Yang Esa. Kegelapan ini
sesungguhnya tidak ada karena kegelapan hanyalah ketiadaan cahaya. Jiwa
disinari oleh cahaya dari Yang Esa, sementara materi adalah kegelapapan yang
tidak mempunyai keberadaan nyata. Bentuk-bentuk di alam ini menerima sedikit
cahaya dari Yang Esa. Oleh karena itu segala sesuatu menyimpan sepercik misteri
ilahi. Yang paling dekat dengan Tuhan adalah jiwa kita. Tetapi jarang sekali
kita tahu bahwa kita sendirilah misteri itu. Segala sesuatu berasal dari Tuhan
oleh karena itu segala sesuatu itu satu (berkebalikan dengan realitas ganda
dari Plato). Dalam beberapa kesempatan
langka dalam hidupnya plotinos mengalami penyatuan antara jiwanya dengan Tuhan.
yang disebut pengalaman mistik.
e.
Mistisme
Pengalaman
mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa kosmik. Banyak agama
menekankan keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan tetapi ahli mistik tidak
menemukan pemisah semacam itu.
A.
Filsafat
yang berkaitan dengan pengetahuan
Secara teoritis dan historis
teori-teori pengetahuan dapat dikelompokkan dalm dua aliran besar, yaitu
rasionalisme dan empirisme.
1.
Rasionalisme
Rasionalisme meyakini bahwa kebenaran
itu hanya dapat diketahui dengan nalar. Rasionalisme adalah pendekatan
filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan lebih diatas
bahkan terlepas dari pengamatan inderawi. Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental,
yang tidak dapat disangkal tentang realitas dan strukturnya serta alam semesta pada umumnya. Realitas
dapat diketahui (beberapa kebenaran tentang realtas dapat diketahui) dengan
akal tanpa tergantung pada pengamatan pengalaman dan penggunaan metode empiris.
Pikiran mampu mengetahui beberapa
kebenaran tentang realitas mendahului pengalaman. Kebenaran ini adalah gagasan bawaan yang cocok dengan kenyataan.salah seorang filsuf rasionalisme yang terkenal yaitu
Rene Descartes, mengatakan aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum).
Seringkali cogito ergo sum disebut sebagai kesadaran dalam filsafat modern.
Menyangsikan segala sesuatu atau keragu-raguan menurutnya adalah sebuah metode untuk
menemukan kebenaran.kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian
yang radikal’ maka itulah kebenran yang pasti dan harus dijadikan dasar bagi
ilmu pengetahuan.
2.
Empirisme
Istilah
empirisme berasal dari kata Yunani empiria,
yang berarti pengalaman inderawi. Empirisme adalah pemahaman yang menyatakan
bahwa sumber utama pengetahuan adalah pengalaman manusia baik itu pengalaman
lahiriah maupun batiniah. Pengalaman ialah keseluruhan pengamatan yang disimpan
di dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengamatan sekarang atau masa depan,
sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pemahaman ini bertolak belakang dengan
rasionalisme. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Hanya
pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. Pengenalan dengan akal hanya
mempunyai fungsi mekanis saja.
B.
Ontologi
3.
Materialisme
Empirisme
berkaitan erat dengan materialisme. Materialisme merupakan bentuk dari
naturalisme. Materialisme adalah paham
yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi, yang tidak
tergantung pada gagasan manusia.
4.
Eksistensialisme
Kata
eksistensi berasal dari kata Latin Exisitere, ex artinya keluar sedangkan
sitere berartitampil atau muncul, jadi eksitere mempunyai arti harafiah: muncul
ada, timbul, memiliki keberadaan aktual.
Eksistensi memilki beberapa arti yaitu apa yang ada, apa yang memiliki
aktualitas, segala sesuatu yang dialami. Dalam konsep eksistensi satu-satunya
faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal
yang ada mempunyai eksistensi atau ia adalah eksisten.
Eksistensialisme
adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertangungjawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam
mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui
mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar
bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas
menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Soreen
Kierkegard, bapak eksistensialisme mengatakan bahwa yang pertama-tama penting
bagi keadaan manusia adalah eksistensinya sendiri. eksistensi manusia bukanlah
“ada” yang statis, melainkan “ada” yang “menjadi”. Dalam arti terjadi
perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan
berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah perpindahan yang bebas, yang
terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia
mempunyai kekebebasan memilih. Seperti yang diungkapkan oleh Shakespeare dunia
adalah panggung sandiwara dan manusia dikutuk untuk bebas. Eksistensi manusia
berarti berani mengambil keputusan yang menetukan hidupnya. Maka barangsiapa
tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup bereksitensi dalam arti
sebenarnya.
Esensi
manusia berbeda dari eksitensinya. esensi berasal dari bahasa Latin essentia
dari Esse (ada). Esesensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya.
Esensi mengacu kepada sesuatu yang permanen (sulit berubah) mantap, berlawanan
dengan yang berubah, atau parsial. Istialh esensi berlawanan dengan eksistensi.
Dalam eksistensialisme dikatakan bahwa esnsi mendahului eksistensi.
Filsafat
analitik
Filsafat
analitik adalah aliran filsafat yang dipelopori oleh kel;ompok filsuf yang
menyebut dirinya lingkaran Wina. Filsafat ini berkembang dari Jerman ke
Polandia dan Inggris. Filsafat analitik menolak dengan tegas metafisika. Bagi
mereka metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini
terjadi karena filsafat analitik hanya menrima segala sesuatu yang dapat
dibuktikan secara ilmiah. Filsafat analitik mirip daengan filsafat sains.
Filsafat analitik dominan dalam bidang bahasa. Mereka menggunakan anlisa bahasa
untuk memulihkan penggunaan bahasa dan memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan
oleh filsafat terhadap logika bahasa.
HELENISME
Helenisme
berasal dari kata hellas yang berarti
Yunani. Istilah ini mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi oleh
Yunani yang berjaya di tiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir.
Aristoteles
meninggal pada 322 SM, pada saat Athena kehilangan dominasinya akibat
pemberontakan politik Alexander Agung raja Macedonia. Aristoteles pernah
menjadi guru bagi Alexander Agung, aristoteles juga bersala dri Macedonia.
Dengan penaklukannya Alexander Agung menyatukan Mesir dan dunia Timur hingga
India dengan peradaban Yunani. Peradaban dengan kebudayaan dan bahasa Yunani
yang memegang peranan disebut Helenisme. Periode ini berlangsung selama
kira-kira 300 tahun.
Helenisme
ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan
menjadi terhapus. Agama, filsafat dan ilmu pengetahuan dari berbagai negara
bertemu dan melebur. Rumusan-rumusan agama baru muncul karena meleburnya
berbagai keyakinan membentuk sinkretisme atau perpaduan keyakinan. Ciri umum
pembentukan agama baru sepanjang periode Helenistik adalah muatan ajaran
mengenai bagaimana umat manusia dapat
terlepas dari kematian.
Filsafat
helenistik berusaha mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan oleh Socrates,
Plato dan Aristoteles. Ciri umum pada semua filsafat itu adalah hasrat untuk
mengetahui cara terbaik bagi manusia dalam menjalani kehidupan dan kematian.
Semua berbicara tentang etika. Tekanan terbesar diberikan pada upaya menemukan
apakah kebahagiaan sejati itu dan bagaimana mencapainya.
a.
Kaum Sinis (sinisme)
Konon
suatu hari Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual segala
macam benda akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak kuperlukan!”.
Pernyataan ini merupakan motto aliran filsafat sinis yang didirikan oleh
Antithenes di Athena sekitar 400 SM. Antistenes pernah menjadi murid Socrates
dan sangat tertarik pada kesederhanaannya.
Kaum
sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan
lahiriah seperti kemewahan materi; kekuasaan politik, kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidak tergantungan pada segala yang acak dan
mengambang. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh setiap orang. Kaum sinis yang paling
terkenal adalah Diogenes murid Anthistenes yang hidup dalam sebuah tong. Dia
juga merupakan sahabat dari Alexander Agung.
b.
Kaum Stoik
Aliran
filsafat ini didirikan oleh Zeno pada sekitar 300 SM di Athena. Nama stoik
berasal dari kata Yunani yang berarti beranda karena di ajarkan di serambi.
Seperti Heraclitus, kaum Stoik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari
satu akal atau logos yang sama. Setiap orang adalah seperti sebuah dunia
miniatur atau “mikrokosmos”, yang merupakan cerminan dari “makrokosmos”. Ada
suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum alam. Hukum alam ini didasarkan
pada akal manusia yang abadi dan universal karena itu tidak akan berubah
sejalan dengan berlalunya waktu dan berpindahnya tempat.
Tidak
ada perbedaan antara individu dan alam raya, serta tidak ada pertentangan
antara roh dan materi. Hanya ada satu alam. Gagasan semacam ini disebut monisme
(kebalikan dari dualisme). Banyak diantara kaum Stoik ini merupakan negarawan
yang aktif, seperti kaisar Romawi Marcus Aurelius. Cicero orator filsuf dan
negarawan yang membentuk kosep humanisme dan Seneca.
Semua
proses alam seperti penyakit dan kematian mengikuti hukum alam yang tidak
pernah lekang. Karena itu manusia harus belajar menerima takdirnya. Tidak ada
sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu terjadi karena ada
sebabnya, tidak ada gunanya mengeluh jika takdir datang mengetuk pintu. Orang
harus menerima peristiwa yang membahagiakan dalam hidup tanpa gelisah. Sekarang
kita menggunakan ketenangan stoik untuk orang yang tidak membiarkan perasaan
menguasai dirinya.
c.
Epicureanisme
Seorang murid Socrates yang bernama
Aristippus mengatakan bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan inderawi
mungkin. Semboyannya berbunyi “kebaikan
tertinggi adalah kenikmatan, dan kejahatan
tertinggi adalah penderitaan”. Oleh karena itu ajarannya mengenai suatu
cara hidup yang tujuannya adalah menghindari penderitaan dalam segala bentuknya
( Jostein Gaarder 2004, 153). Pandangan ini wajar dan manusiawi, akan tetapi
dalam kenyataan tidak seorang manusia pun dapat bebas dari penderitaan. setinggi
Bencana, kecelakaan, penyakit dan kematian tak pernah diinginkan dan selalu
dihindari, namun jika kemalangan tersebut datang tak seorang manusiapun dapat
menolaknya.
Epicurus
(341-270) kemudian mengembangkan ajaran Aristippus tersebut diatas dalam aliran filsafat disebut epikurisme.
Kaum epicurean ini umumnya hidup di taman, mereka dikenal sebagai para filsuf
taman. Mereka tinggal diitaman karena sebagai tempat yang indah, taman
menyajikan pemandangan yang indah yang dapat memberikan kenikmatan. Di atas
taman itu dipasang pengumuman,” orang asing disini kalian akan hidup senang. Di
sini kenikmatan adalah kebaikan tertinggi”. Ukuran kebaikan adalah tingkat
kenikmatan. Kenikmatan ini akan membawa kebahagiaan bagi manusia. Oleh karena
itu kenikmatan harus dikejar, namun demikian hasil-hasil yang menyenangkan dari suatu tindakan harus selalu
mempertimbangkan efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
Misalnya seorang
yang begitu gemar face book mendapat libur untuk istirahat selama 3 hari.
Dia bebas untuk onlie selama masa
liburnya tersebut. Dia pun face bookan
sepuasnya sampai dini hari selama tiga hari. Dia betul betul menikmati
waktu-waktu onlinenya selama liburnya. Tapi sebagai akibat dari kesenangan yang
tanpa pertimbangan tersebut ia menderita sakit! Oleh karena itu harus diingat
bahwa kesenangan itu baik, asal selalu
sekadarnya .”Kita harus memiliki
kesenangan, tetapi kesenangan tidak
boleh memiliki kita”. Mengeksploitasi kesenangan secara berlebihan akan
menimbulkan ketergantungan. Kesenangan yang berlebihan justru akan menimbulkan
kegelisahan. Umumnya manusia tidak akan pernah sampai pada titik dimana ia
merasa bahwa segala keinginannya telah terpenuhi. Jika hal ini diaplikasikan
dalam perburuan kenikmatan maka bukan lagi manusia yang memiliki kesenangan
tetapi justru kesenanganlah yang memiliki manusia atau dengan kata lain manusia
diperbudak oleh kesenangan.
Untuk
mencapai kenikmatan hidup yang maksimal, maka memerlukan pengendalian diri. Hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek
harus ditahan demi kemungkinan munculnya kenikmatan yang lebih besar, lebih
kekal atau lebih hebat dalam jangka
waktu yang lebih panjang. Contohnya seorang pegawai berpenghasilan satu
juta sebulan, untuk biaya hidupnya ia memakai 700ribu dari gaji tersebut,
sehingga masih sisa 300 ribu.
Karena ia seorang perokok maka ia memerlukan 10 ribu untuk sebungkus rokok.
Jadi sisa gajinya habis untuk membeli rokok. Ia dapat menikmati satu batang
rokok selama kurang lebih lima menit.
Namun sebagai ganjaran dari kenikmatan yang ia peroleh, ia secara
perlahan ia ia mengasapi paru-paru dan tubuhnya dengan racun nikotin, sehingga
sedikit demi sedikit ia terus menabung penyakit untuk masa depannya. Sementara
itu sisa gajinya hilang bersama asap rokok. Dalam hal ini kerugian yang ia
tanggung jauh lebih besar dibandingkan kenikmatan yang diperolehnya. Padahal
jika sisa gajinya ia tabung, dalam lima bulan ia sudah bisa mendapat motor
cicilan. Motor itu dapat ia manfaatkan dan nikmati dalam jangka waktu yang
lebih lama.
Manusia
memiliki akal yang membuatnya mampu berpikir lebih panjang dan membuat
perencanaan dalam hidupnya. Menunda atau menolak sesuatu yang kurang bermanfaat
untuk sesuatu yang lebih berguna dan membahagiakan memerlukan perhitungan
matang. Oleh karena itu manusia perlu mempunyai kemampuan untuk membuat “kalkulasi kenikmatan”.
Rokok memang nikmat, tetapi bebas pergi kemana-mana dengan motor lebih
menyenangkan, bahkan motorpun dapat menjadi mesin uang jika dipakai mengojek!
Kenikmatan,
bukan hanya berupa kenikmatan fisik atau
kenikmatan inderawi. Kenikmatan juga dapat diperoleh melalui penghargaan
terhadap nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti persahabatan dan
penghargaan terhadap kesenian termasuk disini. Epicurus sendiri mengartikan
kenikmatan terutama berupa kesenangan dalam pikiran. Seorang manusia dapat
berbahagia dalam hidupnya jika ia memperoleh ketenangan jiwa (atoraxia) (bnd. Harry Hammersma, 2009, 20).
Rasa puas dapat menimbulkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan dapat
menenangkan seseorang sehingga tidak membutuhkan lagi apa-apa. Menurut cita-cita Yunani Kuno untuk dapat
menikmati hidup diperlukan control-diri, kesederhanaan dan ketulusan hati.
Manusia harus bijaksana. Ia harus puas menikmati hal-hal kecil dan sederhana.
Nafsu harus dikekang , dengan demikian kita akan memperoleh ketentraman hati
yang akan membantu kita menahan penderitaan. Dengan cara ini manusia akan
mencapai kebebasan batin.
Kematian tidak
menakutkan sebab selama kita hidup kematian tidak bersama kita, dan ketikan ia
datang kita tidak ada lagi. Kaum epikurus hidup dalam pengasingan, kurang
berminat pada masalah politik dam masyarakat. Banyak pengikut epicurus yang
mengembangkan pemanjaan diri yang berlebihan. Motto mereka hidup untuk saat
ini.
d.
Neoplatonisme
Kecenderungan
filsafat paling mengagumkan pada periode helenistik akhir adalah yang diilhami
oleh filsafat Plato yang disebut neoplatonisme. Tokoh paling penting dalam neoplatonisme
adalah Plotinus. Plotinos membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing
keras dengan ajaran Kristen. Namun neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat
dalam aliran utama teologi Kristen.
Plato
mengajarkan tentang dunia ide dan dunia indra, serta perbedaan tajam antara
jiwa dan raga. Manusia adalah makhluk ganda: raga/tubuh terdiri dari debu tanah dan jiwa yang kekal.
Plotinos
percaya bahwa dunia terentang diantara dua kutub. Di ujung yang satu adalah
cahaya ilahi yang dinamakan Yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya adalah
kegelapan muktlak, yang tidak menerima cahaya dari Yang Esa. Kegelapan ini
sesungguhnya tidak ada karena kegelapan hanyalah ketiadaan cahaya. Jiwa
disinari oleh cahaya dari Yang Esa, sementara materi adalah kegelapapan yang
tidak mempunyai keberadaan nyata. Bentuk-bentuk di alam ini menerima sedikit
cahaya dari Yang Esa. Oleh karena itu segala sesuatu menyimpan sepercik misteri
ilahi. Yang paling dekat dengan Tuhan adalah jiwa kita. Tetapi jarang sekali
kita tahu bahwa kita sendirilah misteri itu. Segala sesuatu berasal dari Tuhan
oleh karena itu segala sesuatu itu satu (berkebalikan dengan realitas ganda
dari Plato). Dalam beberapa kesempatan
langka dalam hidupnya plotinos mengalami penyatuan antara jiwanya dengan Tuhan.
yang disebut pengalaman mistik.
e.
Mistisme
Pengalaman
mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa kosmik. Banyak agama
menekankan keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan tetapi ahli mistik tidak
menemukan pemisah semacam itu.
A.
Filsafat
yang berkaitan dengan pengetahuan
Secara teoritis dan historis
teori-teori pengetahuan dapat dikelompokkan dalm dua aliran besar, yaitu
rasionalisme dan empirisme.
1.
Rasionalisme
Rasionalisme meyakini bahwa kebenaran
itu hanya dapat diketahui dengan nalar. Rasionalisme adalah pendekatan
filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan lebih diatas
bahkan terlepas dari pengamatan inderawi. Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental,
yang tidak dapat disangkal tentang realitas dan strukturnya serta alam semesta pada umumnya. Realitas
dapat diketahui (beberapa kebenaran tentang realtas dapat diketahui) dengan
akal tanpa tergantung pada pengamatan pengalaman dan penggunaan metode empiris.
Pikiran mampu mengetahui beberapa
kebenaran tentang realitas mendahului pengalaman. Kebenaran ini adalah gagasan bawaan yang cocok dengan kenyataan.salah seorang filsuf rasionalisme yang terkenal yaitu
Rene Descartes, mengatakan aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum).
Seringkali cogito ergo sum disebut sebagai kesadaran dalam filsafat modern.
Menyangsikan segala sesuatu atau keragu-raguan menurutnya adalah sebuah metode untuk
menemukan kebenaran.kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian
yang radikal’ maka itulah kebenran yang pasti dan harus dijadikan dasar bagi
ilmu pengetahuan.
2.
Empirisme
Istilah
empirisme berasal dari kata Yunani empiria,
yang berarti pengalaman inderawi. Empirisme adalah pemahaman yang menyatakan
bahwa sumber utama pengetahuan adalah pengalaman manusia baik itu pengalaman
lahiriah maupun batiniah. Pengalaman ialah keseluruhan pengamatan yang disimpan
di dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengamatan sekarang atau masa depan,
sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pemahaman ini bertolak belakang dengan
rasionalisme. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Hanya
pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. Pengenalan dengan akal hanya
mempunyai fungsi mekanis saja.
B.
Ontologi
3.
Materialisme
Empirisme
berkaitan erat dengan materialisme. Materialisme merupakan bentuk dari
naturalisme. Materialisme adalah paham
yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi, yang tidak
tergantung pada gagasan manusia.
4.
Eksistensialisme
Kata
eksistensi berasal dari kata Latin Exisitere, ex artinya keluar sedangkan
sitere berartitampil atau muncul, jadi eksitere mempunyai arti harafiah: muncul
ada, timbul, memiliki keberadaan aktual.
Eksistensi memilki beberapa arti yaitu apa yang ada, apa yang memiliki
aktualitas, segala sesuatu yang dialami. Dalam konsep eksistensi satu-satunya
faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal
yang ada mempunyai eksistensi atau ia adalah eksisten.
Eksistensialisme
adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertangungjawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam
mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui
mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar
bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas
menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Soreen
Kierkegard, bapak eksistensialisme mengatakan bahwa yang pertama-tama penting
bagi keadaan manusia adalah eksistensinya sendiri. eksistensi manusia bukanlah
“ada” yang statis, melainkan “ada” yang “menjadi”. Dalam arti terjadi
perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan
berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah perpindahan yang bebas, yang
terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia
mempunyai kekebebasan memilih. Seperti yang diungkapkan oleh Shakespeare dunia
adalah panggung sandiwara dan manusia dikutuk untuk bebas. Eksistensi manusia
berarti berani mengambil keputusan yang menetukan hidupnya. Maka barangsiapa
tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup bereksitensi dalam arti
sebenarnya.
Esensi
manusia berbeda dari eksitensinya. esensi berasal dari bahasa Latin essentia
dari Esse (ada). Esesensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya.
Esensi mengacu kepada sesuatu yang permanen (sulit berubah) mantap, berlawanan
dengan yang berubah, atau parsial. Istialh esensi berlawanan dengan eksistensi.
Dalam eksistensialisme dikatakan bahwa esnsi mendahului eksistensi.
Filsafat
analitik
Filsafat
analitik adalah aliran filsafat yang dipelopori oleh kel;ompok filsuf yang
menyebut dirinya lingkaran Wina. Filsafat ini berkembang dari Jerman ke
Polandia dan Inggris. Filsafat analitik menolak dengan tegas metafisika. Bagi
mereka metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini
terjadi karena filsafat analitik hanya menrima segala sesuatu yang dapat
dibuktikan secara ilmiah. Filsafat analitik mirip daengan filsafat sains.
Filsafat analitik dominan dalam bidang bahasa. Mereka menggunakan anlisa bahasa
untuk memulihkan penggunaan bahasa dan memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan
oleh filsafat terhadap logika bahasa.
0 komentar:
Posting Komentar