Filsafat




HELENISME
Helenisme berasal dari kata hellas yang berarti Yunani. Istilah ini mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi oleh Yunani yang berjaya di tiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir.
Aristoteles meninggal pada 322 SM, pada saat Athena kehilangan dominasinya akibat pemberontakan politik Alexander Agung raja Macedonia. Aristoteles pernah menjadi guru bagi Alexander Agung, aristoteles juga bersala dri Macedonia. Dengan penaklukannya Alexander Agung menyatukan Mesir dan dunia Timur hingga India dengan peradaban Yunani. Peradaban dengan kebudayaan dan bahasa Yunani yang memegang peranan disebut Helenisme. Periode ini berlangsung selama kira-kira 300 tahun.
Helenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi terhapus. Agama, filsafat dan ilmu pengetahuan dari berbagai negara bertemu dan melebur. Rumusan-rumusan agama baru muncul karena meleburnya berbagai keyakinan membentuk sinkretisme atau perpaduan keyakinan. Ciri umum pembentukan agama baru sepanjang periode Helenistik adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat manusia  dapat terlepas dari kematian.
Filsafat helenistik berusaha mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan oleh Socrates, Plato dan Aristoteles. Ciri umum pada semua filsafat itu adalah hasrat untuk mengetahui cara terbaik bagi manusia dalam menjalani kehidupan dan kematian. Semua berbicara tentang etika. Tekanan terbesar diberikan pada upaya menemukan apakah kebahagiaan sejati itu dan bagaimana mencapainya.
a.       Kaum Sinis (sinisme)
Konon suatu hari Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual segala macam benda akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak kuperlukan!”. Pernyataan ini merupakan motto aliran filsafat sinis yang didirikan oleh Antithenes di Athena sekitar 400 SM. Antistenes pernah menjadi murid Socrates dan sangat tertarik pada kesederhanaannya.
Kaum sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan lahiriah seperti kemewahan materi; kekuasaan politik, kesehatan yang baik. Kebahagiaan sejati terletak pada ketidak tergantungan pada segala yang acak dan mengambang. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh setiap orang. Kaum sinis yang paling terkenal adalah Diogenes murid Anthistenes yang hidup dalam sebuah tong. Dia juga merupakan sahabat dari Alexander Agung.

b.      Kaum Stoik
Aliran filsafat ini didirikan oleh Zeno pada sekitar 300 SM di Athena. Nama stoik berasal dari kata Yunani yang berarti beranda karena di ajarkan di serambi. Seperti Heraclitus, kaum Stoik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari satu akal atau logos yang sama. Setiap orang adalah seperti sebuah dunia miniatur atau “mikrokosmos”, yang merupakan cerminan dari “makrokosmos”. Ada suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum alam. Hukum alam ini didasarkan pada akal manusia yang abadi dan universal karena itu tidak akan berubah sejalan dengan berlalunya waktu dan berpindahnya tempat.
Tidak ada perbedaan antara individu dan alam raya, serta tidak ada pertentangan antara roh dan materi. Hanya ada satu alam. Gagasan semacam ini disebut monisme (kebalikan dari dualisme). Banyak diantara kaum Stoik ini merupakan negarawan yang aktif, seperti kaisar Romawi Marcus Aurelius. Cicero orator filsuf dan negarawan yang membentuk kosep humanisme dan Seneca.
Semua proses alam seperti penyakit dan kematian mengikuti hukum alam yang tidak pernah lekang. Karena itu manusia harus belajar menerima takdirnya. Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu terjadi karena ada sebabnya, tidak ada gunanya mengeluh jika takdir datang mengetuk pintu. Orang harus menerima peristiwa yang membahagiakan dalam hidup tanpa gelisah. Sekarang kita menggunakan ketenangan stoik untuk orang yang tidak membiarkan perasaan menguasai dirinya.

c.       Epicureanisme
Seorang murid Socrates yang bernama Aristippus mengatakan bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan inderawi mungkin. Semboyannya berbunyi “kebaikan tertinggi adalah kenikmatan, dan kejahatan tertinggi adalah penderitaan”. Oleh karena itu ajarannya mengenai suatu cara hidup yang tujuannya adalah menghindari penderitaan dalam segala bentuknya ( Jostein Gaarder 2004, 153). Pandangan ini wajar dan manusiawi, akan tetapi dalam kenyataan tidak seorang manusia pun dapat bebas dari penderitaan. setinggi Bencana, kecelakaan, penyakit dan kematian tak pernah diinginkan dan selalu dihindari, namun jika kemalangan tersebut datang tak seorang manusiapun dapat menolaknya.
Epicurus (341-270) kemudian mengembangkan ajaran Aristippus tersebut diatas  dalam aliran filsafat disebut epikurisme. Kaum epicurean ini umumnya hidup di taman, mereka dikenal sebagai para filsuf taman. Mereka tinggal diitaman karena sebagai tempat yang indah, taman menyajikan pemandangan yang indah yang dapat memberikan kenikmatan. Di atas taman itu dipasang pengumuman,” orang asing disini kalian akan hidup senang. Di sini kenikmatan adalah kebaikan tertinggi”. Ukuran kebaikan adalah tingkat kenikmatan. Kenikmatan ini akan membawa kebahagiaan bagi manusia. Oleh karena itu kenikmatan harus dikejar, namun demikian hasil-hasil yang menyenangkan dari suatu tindakan harus selalu mempertimbangkan efek samping yang mungkin ditimbulkannya. Misalnya seorang  yang begitu gemar face book mendapat libur untuk istirahat selama 3 hari. Dia bebas untuk onlie selama  masa liburnya tersebut. Dia pun face bookan  sepuasnya sampai dini hari selama tiga hari. Dia betul betul menikmati waktu-waktu onlinenya selama liburnya. Tapi sebagai akibat dari kesenangan yang tanpa pertimbangan tersebut ia menderita sakit! Oleh karena itu harus diingat bahwa kesenangan itu baik, asal selalu sekadarnya .”Kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”. Mengeksploitasi kesenangan secara berlebihan akan menimbulkan ketergantungan. Kesenangan yang berlebihan justru akan menimbulkan kegelisahan. Umumnya manusia tidak akan pernah sampai pada titik dimana ia merasa bahwa segala keinginannya telah terpenuhi. Jika hal ini diaplikasikan dalam perburuan kenikmatan maka bukan lagi manusia yang memiliki kesenangan tetapi justru kesenanganlah yang memiliki manusia atau dengan kata lain manusia diperbudak oleh kesenangan.
Untuk mencapai kenikmatan hidup yang maksimal, maka memerlukan pengendalian diri. Hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek harus ditahan demi kemungkinan munculnya kenikmatan yang lebih besar, lebih kekal atau lebih hebat dalam jangka waktu yang lebih panjang. Contohnya seorang pegawai berpenghasilan satu juta sebulan, untuk biaya hidupnya ia memakai 700ribu dari gaji tersebut, sehingga masih sisa 300 ribu. Karena ia seorang perokok maka ia memerlukan 10 ribu untuk sebungkus rokok. Jadi sisa gajinya habis untuk membeli rokok. Ia dapat menikmati satu batang rokok selama kurang lebih lima menit.  Namun sebagai ganjaran dari kenikmatan yang ia peroleh, ia secara perlahan ia ia mengasapi paru-paru dan tubuhnya dengan racun nikotin, sehingga sedikit demi sedikit ia terus menabung penyakit untuk masa depannya. Sementara itu sisa gajinya hilang bersama asap rokok. Dalam hal ini kerugian yang ia tanggung jauh lebih besar dibandingkan kenikmatan yang diperolehnya. Padahal jika sisa gajinya ia tabung, dalam lima bulan ia sudah bisa mendapat motor cicilan. Motor itu dapat ia manfaatkan dan nikmati dalam jangka waktu yang lebih lama.
Manusia memiliki akal yang membuatnya mampu berpikir lebih panjang dan membuat perencanaan dalam hidupnya. Menunda atau menolak sesuatu yang kurang bermanfaat untuk sesuatu yang lebih berguna dan membahagiakan memerlukan perhitungan matang. Oleh karena itu manusia perlu mempunyai kemampuan  untuk membuat kalkulasi kenikmatan”. Rokok memang nikmat, tetapi bebas pergi kemana-mana dengan motor lebih menyenangkan, bahkan motorpun dapat menjadi mesin uang jika dipakai mengojek!
Kenikmatan, bukan  hanya berupa kenikmatan fisik atau kenikmatan inderawi. Kenikmatan juga dapat diperoleh melalui penghargaan terhadap nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti persahabatan dan penghargaan terhadap kesenian termasuk disini. Epicurus sendiri mengartikan kenikmatan terutama berupa kesenangan dalam pikiran. Seorang manusia dapat berbahagia dalam hidupnya jika ia memperoleh ketenangan jiwa (atoraxia) (bnd. Harry Hammersma, 2009, 20). Rasa puas dapat menimbulkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan dapat menenangkan seseorang sehingga tidak membutuhkan lagi apa-apa.  Menurut cita-cita Yunani Kuno untuk dapat menikmati hidup diperlukan control-diri, kesederhanaan dan ketulusan hati. Manusia harus bijaksana. Ia harus puas menikmati hal-hal kecil dan sederhana. Nafsu harus dikekang , dengan demikian kita akan memperoleh ketentraman hati yang akan membantu kita menahan penderitaan. Dengan cara ini manusia akan mencapai kebebasan batin.
Kematian tidak menakutkan sebab selama kita hidup kematian tidak bersama kita, dan ketikan ia datang kita tidak ada lagi. Kaum epikurus hidup dalam pengasingan, kurang berminat pada masalah politik dam masyarakat. Banyak pengikut epicurus yang mengembangkan pemanjaan diri yang berlebihan. Motto mereka hidup untuk saat ini.

d.      Neoplatonisme
Kecenderungan filsafat paling mengagumkan pada periode helenistik akhir adalah yang diilhami oleh filsafat Plato yang disebut neoplatonisme. Tokoh paling penting dalam neoplatonisme adalah Plotinus. Plotinos membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing keras dengan ajaran Kristen. Namun neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat dalam aliran utama teologi Kristen.
Plato mengajarkan tentang dunia ide dan dunia indra, serta perbedaan tajam antara jiwa dan raga. Manusia adalah makhluk ganda: raga/tubuh terdiri dari  debu tanah dan jiwa yang kekal.
Plotinos percaya bahwa dunia terentang diantara dua kutub. Di ujung yang satu adalah cahaya ilahi yang dinamakan Yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya adalah kegelapan muktlak, yang tidak menerima cahaya dari Yang Esa. Kegelapan ini sesungguhnya tidak ada karena kegelapan hanyalah ketiadaan cahaya. Jiwa disinari oleh cahaya dari Yang Esa, sementara materi adalah kegelapapan yang tidak mempunyai keberadaan nyata. Bentuk-bentuk di alam ini menerima sedikit cahaya dari Yang Esa. Oleh karena itu segala sesuatu menyimpan sepercik misteri ilahi. Yang paling dekat dengan Tuhan adalah jiwa kita. Tetapi jarang sekali kita tahu bahwa kita sendirilah misteri itu. Segala sesuatu berasal dari Tuhan oleh karena itu segala sesuatu itu satu (berkebalikan dengan realitas ganda dari Plato).  Dalam beberapa kesempatan langka dalam hidupnya plotinos mengalami penyatuan antara jiwanya dengan Tuhan. yang disebut pengalaman mistik.

e.       Mistisme
Pengalaman mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa kosmik. Banyak agama menekankan keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan tetapi ahli mistik tidak menemukan pemisah semacam itu.

A.    Filsafat yang berkaitan dengan pengetahuan
Secara teoritis dan historis teori-teori pengetahuan dapat dikelompokkan dalm dua aliran besar, yaitu rasionalisme dan empirisme.
1.      Rasionalisme
Rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu hanya dapat diketahui dengan nalar. Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan lebih diatas bahkan terlepas dari pengamatan inderawi. Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal tentang realitas dan strukturnya serta alam semesta pada umumnya. Realitas dapat diketahui (beberapa kebenaran tentang realtas dapat diketahui) dengan akal tanpa tergantung pada pengamatan pengalaman dan penggunaan metode empiris.
Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas mendahului pengalaman. Kebenaran ini adalah gagasan bawaan yang  cocok dengan kenyataan.salah seorang filsuf rasionalisme yang terkenal yaitu Rene Descartes, mengatakan aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum). Seringkali cogito ergo sum disebut sebagai kesadaran dalam filsafat modern. Menyangsikan segala sesuatu atau keragu-raguan menurutnya adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran.kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal’ maka itulah kebenran yang pasti dan harus dijadikan dasar bagi ilmu pengetahuan.

2.      Empirisme
Istilah empirisme berasal dari kata Yunani empiria, yang berarti pengalaman inderawi. Empirisme adalah pemahaman yang menyatakan bahwa sumber utama pengetahuan adalah pengalaman manusia baik itu pengalaman lahiriah maupun batiniah. Pengalaman ialah keseluruhan pengamatan yang disimpan di dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengamatan sekarang atau masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.  Pemahaman ini bertolak belakang dengan rasionalisme. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. Pengenalan dengan akal hanya mempunyai fungsi mekanis saja.
B.     Ontologi
3.      Materialisme
Empirisme berkaitan erat dengan materialisme. Materialisme merupakan bentuk dari naturalisme.  Materialisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi, yang tidak tergantung pada gagasan manusia.

4.      Eksistensialisme
Kata eksistensi berasal dari kata Latin Exisitere, ex artinya keluar sedangkan sitere berartitampil atau muncul, jadi eksitere mempunyai arti harafiah: muncul ada, timbul, memiliki keberadaan aktual.  Eksistensi memilki beberapa arti yaitu apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, segala sesuatu yang dialami. Dalam konsep eksistensi satu-satunya faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada mempunyai eksistensi atau ia adalah eksisten.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertangungjawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Soreen Kierkegard, bapak eksistensialisme mengatakan bahwa yang pertama-tama penting bagi keadaan manusia adalah eksistensinya sendiri. eksistensi manusia bukanlah “ada” yang statis, melainkan “ada” yang “menjadi”. Dalam arti terjadi perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia mempunyai kekebebasan memilih. Seperti yang diungkapkan oleh Shakespeare dunia adalah panggung sandiwara dan manusia dikutuk untuk bebas. Eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan yang menetukan hidupnya. Maka barangsiapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup bereksitensi dalam arti sebenarnya.
Esensi manusia berbeda dari eksitensinya. esensi berasal dari bahasa Latin essentia dari Esse (ada). Esesensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu kepada sesuatu yang permanen (sulit berubah) mantap, berlawanan dengan yang berubah, atau parsial. Istialh esensi berlawanan dengan eksistensi. Dalam eksistensialisme dikatakan bahwa esnsi mendahului eksistensi.

Filsafat analitik
Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang dipelopori oleh kel;ompok filsuf yang menyebut dirinya lingkaran Wina. Filsafat ini berkembang dari Jerman ke Polandia dan Inggris. Filsafat analitik menolak dengan tegas metafisika. Bagi mereka metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini terjadi karena filsafat analitik hanya menrima segala sesuatu yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Filsafat analitik mirip daengan filsafat sains. Filsafat analitik dominan dalam bidang bahasa. Mereka menggunakan anlisa bahasa untuk memulihkan penggunaan bahasa dan memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat terhadap logika bahasa. 




HELENISME
Helenisme berasal dari kata hellas yang berarti Yunani. Istilah ini mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi oleh Yunani yang berjaya di tiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir.
Aristoteles meninggal pada 322 SM, pada saat Athena kehilangan dominasinya akibat pemberontakan politik Alexander Agung raja Macedonia. Aristoteles pernah menjadi guru bagi Alexander Agung, aristoteles juga bersala dri Macedonia. Dengan penaklukannya Alexander Agung menyatukan Mesir dan dunia Timur hingga India dengan peradaban Yunani. Peradaban dengan kebudayaan dan bahasa Yunani yang memegang peranan disebut Helenisme. Periode ini berlangsung selama kira-kira 300 tahun.
Helenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi terhapus. Agama, filsafat dan ilmu pengetahuan dari berbagai negara bertemu dan melebur. Rumusan-rumusan agama baru muncul karena meleburnya berbagai keyakinan membentuk sinkretisme atau perpaduan keyakinan. Ciri umum pembentukan agama baru sepanjang periode Helenistik adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat manusia  dapat terlepas dari kematian.
Filsafat helenistik berusaha mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan oleh Socrates, Plato dan Aristoteles. Ciri umum pada semua filsafat itu adalah hasrat untuk mengetahui cara terbaik bagi manusia dalam menjalani kehidupan dan kematian. Semua berbicara tentang etika. Tekanan terbesar diberikan pada upaya menemukan apakah kebahagiaan sejati itu dan bagaimana mencapainya.
a.       Kaum Sinis (sinisme)
Konon suatu hari Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual segala macam benda akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak kuperlukan!”. Pernyataan ini merupakan motto aliran filsafat sinis yang didirikan oleh Antithenes di Athena sekitar 400 SM. Antistenes pernah menjadi murid Socrates dan sangat tertarik pada kesederhanaannya.
Kaum sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan lahiriah seperti kemewahan materi; kekuasaan politik, kesehatan yang baik. Kebahagiaan sejati terletak pada ketidak tergantungan pada segala yang acak dan mengambang. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh setiap orang. Kaum sinis yang paling terkenal adalah Diogenes murid Anthistenes yang hidup dalam sebuah tong. Dia juga merupakan sahabat dari Alexander Agung.

b.      Kaum Stoik
Aliran filsafat ini didirikan oleh Zeno pada sekitar 300 SM di Athena. Nama stoik berasal dari kata Yunani yang berarti beranda karena di ajarkan di serambi. Seperti Heraclitus, kaum Stoik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari satu akal atau logos yang sama. Setiap orang adalah seperti sebuah dunia miniatur atau “mikrokosmos”, yang merupakan cerminan dari “makrokosmos”. Ada suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum alam. Hukum alam ini didasarkan pada akal manusia yang abadi dan universal karena itu tidak akan berubah sejalan dengan berlalunya waktu dan berpindahnya tempat.
Tidak ada perbedaan antara individu dan alam raya, serta tidak ada pertentangan antara roh dan materi. Hanya ada satu alam. Gagasan semacam ini disebut monisme (kebalikan dari dualisme). Banyak diantara kaum Stoik ini merupakan negarawan yang aktif, seperti kaisar Romawi Marcus Aurelius. Cicero orator filsuf dan negarawan yang membentuk kosep humanisme dan Seneca.
Semua proses alam seperti penyakit dan kematian mengikuti hukum alam yang tidak pernah lekang. Karena itu manusia harus belajar menerima takdirnya. Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu terjadi karena ada sebabnya, tidak ada gunanya mengeluh jika takdir datang mengetuk pintu. Orang harus menerima peristiwa yang membahagiakan dalam hidup tanpa gelisah. Sekarang kita menggunakan ketenangan stoik untuk orang yang tidak membiarkan perasaan menguasai dirinya.

c.       Epicureanisme
Seorang murid Socrates yang bernama Aristippus mengatakan bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan inderawi mungkin. Semboyannya berbunyi “kebaikan tertinggi adalah kenikmatan, dan kejahatan tertinggi adalah penderitaan”. Oleh karena itu ajarannya mengenai suatu cara hidup yang tujuannya adalah menghindari penderitaan dalam segala bentuknya ( Jostein Gaarder 2004, 153). Pandangan ini wajar dan manusiawi, akan tetapi dalam kenyataan tidak seorang manusia pun dapat bebas dari penderitaan. setinggi Bencana, kecelakaan, penyakit dan kematian tak pernah diinginkan dan selalu dihindari, namun jika kemalangan tersebut datang tak seorang manusiapun dapat menolaknya.
Epicurus (341-270) kemudian mengembangkan ajaran Aristippus tersebut diatas  dalam aliran filsafat disebut epikurisme. Kaum epicurean ini umumnya hidup di taman, mereka dikenal sebagai para filsuf taman. Mereka tinggal diitaman karena sebagai tempat yang indah, taman menyajikan pemandangan yang indah yang dapat memberikan kenikmatan. Di atas taman itu dipasang pengumuman,” orang asing disini kalian akan hidup senang. Di sini kenikmatan adalah kebaikan tertinggi”. Ukuran kebaikan adalah tingkat kenikmatan. Kenikmatan ini akan membawa kebahagiaan bagi manusia. Oleh karena itu kenikmatan harus dikejar, namun demikian hasil-hasil yang menyenangkan dari suatu tindakan harus selalu mempertimbangkan efek samping yang mungkin ditimbulkannya. Misalnya seorang  yang begitu gemar face book mendapat libur untuk istirahat selama 3 hari. Dia bebas untuk onlie selama  masa liburnya tersebut. Dia pun face bookan  sepuasnya sampai dini hari selama tiga hari. Dia betul betul menikmati waktu-waktu onlinenya selama liburnya. Tapi sebagai akibat dari kesenangan yang tanpa pertimbangan tersebut ia menderita sakit! Oleh karena itu harus diingat bahwa kesenangan itu baik, asal selalu sekadarnya .”Kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”. Mengeksploitasi kesenangan secara berlebihan akan menimbulkan ketergantungan. Kesenangan yang berlebihan justru akan menimbulkan kegelisahan. Umumnya manusia tidak akan pernah sampai pada titik dimana ia merasa bahwa segala keinginannya telah terpenuhi. Jika hal ini diaplikasikan dalam perburuan kenikmatan maka bukan lagi manusia yang memiliki kesenangan tetapi justru kesenanganlah yang memiliki manusia atau dengan kata lain manusia diperbudak oleh kesenangan.
Untuk mencapai kenikmatan hidup yang maksimal, maka memerlukan pengendalian diri. Hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek harus ditahan demi kemungkinan munculnya kenikmatan yang lebih besar, lebih kekal atau lebih hebat dalam jangka waktu yang lebih panjang. Contohnya seorang pegawai berpenghasilan satu juta sebulan, untuk biaya hidupnya ia memakai 700ribu dari gaji tersebut, sehingga masih sisa 300 ribu. Karena ia seorang perokok maka ia memerlukan 10 ribu untuk sebungkus rokok. Jadi sisa gajinya habis untuk membeli rokok. Ia dapat menikmati satu batang rokok selama kurang lebih lima menit.  Namun sebagai ganjaran dari kenikmatan yang ia peroleh, ia secara perlahan ia ia mengasapi paru-paru dan tubuhnya dengan racun nikotin, sehingga sedikit demi sedikit ia terus menabung penyakit untuk masa depannya. Sementara itu sisa gajinya hilang bersama asap rokok. Dalam hal ini kerugian yang ia tanggung jauh lebih besar dibandingkan kenikmatan yang diperolehnya. Padahal jika sisa gajinya ia tabung, dalam lima bulan ia sudah bisa mendapat motor cicilan. Motor itu dapat ia manfaatkan dan nikmati dalam jangka waktu yang lebih lama.
Manusia memiliki akal yang membuatnya mampu berpikir lebih panjang dan membuat perencanaan dalam hidupnya. Menunda atau menolak sesuatu yang kurang bermanfaat untuk sesuatu yang lebih berguna dan membahagiakan memerlukan perhitungan matang. Oleh karena itu manusia perlu mempunyai kemampuan  untuk membuat kalkulasi kenikmatan”. Rokok memang nikmat, tetapi bebas pergi kemana-mana dengan motor lebih menyenangkan, bahkan motorpun dapat menjadi mesin uang jika dipakai mengojek!
Kenikmatan, bukan  hanya berupa kenikmatan fisik atau kenikmatan inderawi. Kenikmatan juga dapat diperoleh melalui penghargaan terhadap nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti persahabatan dan penghargaan terhadap kesenian termasuk disini. Epicurus sendiri mengartikan kenikmatan terutama berupa kesenangan dalam pikiran. Seorang manusia dapat berbahagia dalam hidupnya jika ia memperoleh ketenangan jiwa (atoraxia) (bnd. Harry Hammersma, 2009, 20). Rasa puas dapat menimbulkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan dapat menenangkan seseorang sehingga tidak membutuhkan lagi apa-apa.  Menurut cita-cita Yunani Kuno untuk dapat menikmati hidup diperlukan control-diri, kesederhanaan dan ketulusan hati. Manusia harus bijaksana. Ia harus puas menikmati hal-hal kecil dan sederhana. Nafsu harus dikekang , dengan demikian kita akan memperoleh ketentraman hati yang akan membantu kita menahan penderitaan. Dengan cara ini manusia akan mencapai kebebasan batin.
Kematian tidak menakutkan sebab selama kita hidup kematian tidak bersama kita, dan ketikan ia datang kita tidak ada lagi. Kaum epikurus hidup dalam pengasingan, kurang berminat pada masalah politik dam masyarakat. Banyak pengikut epicurus yang mengembangkan pemanjaan diri yang berlebihan. Motto mereka hidup untuk saat ini.

d.      Neoplatonisme
Kecenderungan filsafat paling mengagumkan pada periode helenistik akhir adalah yang diilhami oleh filsafat Plato yang disebut neoplatonisme. Tokoh paling penting dalam neoplatonisme adalah Plotinus. Plotinos membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing keras dengan ajaran Kristen. Namun neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat dalam aliran utama teologi Kristen.
Plato mengajarkan tentang dunia ide dan dunia indra, serta perbedaan tajam antara jiwa dan raga. Manusia adalah makhluk ganda: raga/tubuh terdiri dari  debu tanah dan jiwa yang kekal.
Plotinos percaya bahwa dunia terentang diantara dua kutub. Di ujung yang satu adalah cahaya ilahi yang dinamakan Yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya adalah kegelapan muktlak, yang tidak menerima cahaya dari Yang Esa. Kegelapan ini sesungguhnya tidak ada karena kegelapan hanyalah ketiadaan cahaya. Jiwa disinari oleh cahaya dari Yang Esa, sementara materi adalah kegelapapan yang tidak mempunyai keberadaan nyata. Bentuk-bentuk di alam ini menerima sedikit cahaya dari Yang Esa. Oleh karena itu segala sesuatu menyimpan sepercik misteri ilahi. Yang paling dekat dengan Tuhan adalah jiwa kita. Tetapi jarang sekali kita tahu bahwa kita sendirilah misteri itu. Segala sesuatu berasal dari Tuhan oleh karena itu segala sesuatu itu satu (berkebalikan dengan realitas ganda dari Plato).  Dalam beberapa kesempatan langka dalam hidupnya plotinos mengalami penyatuan antara jiwanya dengan Tuhan. yang disebut pengalaman mistik.

e.       Mistisme
Pengalaman mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa kosmik. Banyak agama menekankan keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan tetapi ahli mistik tidak menemukan pemisah semacam itu.

A.    Filsafat yang berkaitan dengan pengetahuan
Secara teoritis dan historis teori-teori pengetahuan dapat dikelompokkan dalm dua aliran besar, yaitu rasionalisme dan empirisme.
1.      Rasionalisme
Rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu hanya dapat diketahui dengan nalar. Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan lebih diatas bahkan terlepas dari pengamatan inderawi. Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal tentang realitas dan strukturnya serta alam semesta pada umumnya. Realitas dapat diketahui (beberapa kebenaran tentang realtas dapat diketahui) dengan akal tanpa tergantung pada pengamatan pengalaman dan penggunaan metode empiris.
Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas mendahului pengalaman. Kebenaran ini adalah gagasan bawaan yang  cocok dengan kenyataan.salah seorang filsuf rasionalisme yang terkenal yaitu Rene Descartes, mengatakan aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum). Seringkali cogito ergo sum disebut sebagai kesadaran dalam filsafat modern. Menyangsikan segala sesuatu atau keragu-raguan menurutnya adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran.kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal’ maka itulah kebenran yang pasti dan harus dijadikan dasar bagi ilmu pengetahuan.

2.      Empirisme
Istilah empirisme berasal dari kata Yunani empiria, yang berarti pengalaman inderawi. Empirisme adalah pemahaman yang menyatakan bahwa sumber utama pengetahuan adalah pengalaman manusia baik itu pengalaman lahiriah maupun batiniah. Pengalaman ialah keseluruhan pengamatan yang disimpan di dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengamatan sekarang atau masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.  Pemahaman ini bertolak belakang dengan rasionalisme. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. Pengenalan dengan akal hanya mempunyai fungsi mekanis saja.
B.     Ontologi
3.      Materialisme
Empirisme berkaitan erat dengan materialisme. Materialisme merupakan bentuk dari naturalisme.  Materialisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi, yang tidak tergantung pada gagasan manusia.

4.      Eksistensialisme
Kata eksistensi berasal dari kata Latin Exisitere, ex artinya keluar sedangkan sitere berartitampil atau muncul, jadi eksitere mempunyai arti harafiah: muncul ada, timbul, memiliki keberadaan aktual.  Eksistensi memilki beberapa arti yaitu apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, segala sesuatu yang dialami. Dalam konsep eksistensi satu-satunya faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada mempunyai eksistensi atau ia adalah eksisten.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertangungjawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Soreen Kierkegard, bapak eksistensialisme mengatakan bahwa yang pertama-tama penting bagi keadaan manusia adalah eksistensinya sendiri. eksistensi manusia bukanlah “ada” yang statis, melainkan “ada” yang “menjadi”. Dalam arti terjadi perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia mempunyai kekebebasan memilih. Seperti yang diungkapkan oleh Shakespeare dunia adalah panggung sandiwara dan manusia dikutuk untuk bebas. Eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan yang menetukan hidupnya. Maka barangsiapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup bereksitensi dalam arti sebenarnya.
Esensi manusia berbeda dari eksitensinya. esensi berasal dari bahasa Latin essentia dari Esse (ada). Esesensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu kepada sesuatu yang permanen (sulit berubah) mantap, berlawanan dengan yang berubah, atau parsial. Istialh esensi berlawanan dengan eksistensi. Dalam eksistensialisme dikatakan bahwa esnsi mendahului eksistensi.

Filsafat analitik
Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang dipelopori oleh kel;ompok filsuf yang menyebut dirinya lingkaran Wina. Filsafat ini berkembang dari Jerman ke Polandia dan Inggris. Filsafat analitik menolak dengan tegas metafisika. Bagi mereka metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini terjadi karena filsafat analitik hanya menrima segala sesuatu yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Filsafat analitik mirip daengan filsafat sains. Filsafat analitik dominan dalam bidang bahasa. Mereka menggunakan anlisa bahasa untuk memulihkan penggunaan bahasa dan memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat terhadap logika bahasa. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar