MAKALAH
SEJARAH GEREJA UMUM II
“ Sejarah Gerakan Pietisme Dan
Implikasi Dalam Masa Kini”



Disusun Oleh:
Krisnataniel


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah perkembangan gereja mengalami banyak tantangan dan hambatan namun hambataan ini sangat membuat gereja dalam perkembangannya semakin memperbaiki diri dan membuat gereja lebih menerima kritikan dari pihak-pihak lain. Gerakan pencerahan adalah satu gerakan  yang menyatakan bahwa dalam segala hal tidak perlu manusia tunduk pada keprcayaaan atau keyakinan  apa saja yang dianjurkan kepadanya oleh kekuasaan  diluar dirinya sendiri, misalnya oleh alkitab atau gereja, atau oleh adat istiadat yang dijalankan secara turun temurun. Manusia hendaknya mementingkasn pikirannya sendiri dan menganut apa yang dapat diterima oleh otaknya, apa yang masuk diakalnya. Dalam hal ini mereka disebut kaum rasional yang hanya mau percaya kepada hal yang masuk akal. Hal-hal diluar akal manusia sangat ditolak mentah-mentah. Dan dengan bertolak dari ajaran ini maka pada abad ke 18 muncullah suatu aliran yang menamakan diri aliran pietisme. Aliran ini melawan aliran pencerahan dan juga mengkritik habis-habisan gereja sehingga penganut dari paham ini menganggap  gereja-gereja sebagai “mati”. Dari peristiwa tersebut kemudian banyak tokoh-tokoh pietisme yang bergabung di berbagai lembaga misi dan suatu produk dari pietisme adalah gereja-gereja misalnya Gereja Toraja yang merupakan hasil dari pietisme melalui lembaga GZB yang kemudian datang di Toraja dan memulai pekabaran Injil dan sampai sekarang banyak yang kemudian berkemabang di Toraja. Berhubungan dengan hal itu suatu tantangan dalam perkembangan gereja sekarang dimana perkembangan di dunia bagian barat dalam hal ini Eropa tidak lagi diperhatikan mengenai perkembangan pekabaran injil akibatnya banyak gereja/tempat ibadah di sekitar Eropa sekarang misalnya Belanda sekarang yang sudah menjadi museum atau bahkan tempat hiburan lain. Suatu ironi disini dimana negara-negara yang dulunya pergi mengabarkan injil harus mengalami situasi dan kondisi demikian apakah kita tertantang untuk menjadi penerus kaum pietisme membawa injil yang sudah mulai pudar disana.





B.     Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ialah apa dan bagaimana implikasa/pengaruh pietisme pada zaman modern ini?
C.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendiskripsikan sejarah pietisme serta implikasinya dalam dunia sekarang.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah gerakan Pietisme
Pada abad ke-18  timbullah dalam gereja-gereja protestan suatu gerakan kebangunan rohani. Di Belanda dan Jerman gerakan ini disebut gerakan pietisme, di Inggris dan Amerika namanya Revival. Baik pencerahan maupun teologi gerejawi yang resmi  dilawab oleh gerakan ini. Bahkan penganut dari paham ini menganggap  gereja-gereja seabagai “mati”. Pietisme dan Revival tidak suka pada gereja rakyat (gereja suku) dan gereja Negara. Adapun tokoh terkenal dari pietisme di Jerman dan  Belanda ialah August Herman dan Francke (1663-1727). August Hermann Francke lahir di Lubeck, dekat kota Hamburg pada tanggal 22 Maret 1663. Pada usia 16 tahun, ia masuk Universitas Erfurt dan memusatkan diri pada studi logika dan metafisika. Akan tetapi, karena tidak menyukai setuasi di kota Erfurt, Francke pun pindah ke Universitas Kiel dan di sana ia belajar teologi, fisika, filsafat, dan sejarah. Ia juga sempat belajar bahasa Ibrani dan Yunani di Hamburg sebelum akhirnya pada tahun 1684 masuk Universitas Leipzig. Francke adalah seorang mahasiswa teologi yang gemilang, pada umur 24 tahun ia sudah menjadi guru besar di Universitas Leipzig. Pada 1687 Francke bertobat. Menurut Francke, kehidupannya yang tampak berhasil itu sebenarnya tidak berarti, sebab ia belum memiliki iman yang hidup. Penganut Pietisme dan Revival kemudian memandang peristiwa pertobatan itu adalah sesuatu yang harus dialami oleh seorang Kristen. Sejak pertobatannya itu, Francke kemudian berkecimpung dalam lingkungan Spener, tokoh Pietisme yang banyak memberikan pengaruh besar bagi Francke. Pada tanggal 7 Januari 1692, Francke tiba di Halle dan menjadi guru besar di Universitas Halle. Halle kemudian menjadi salah satu pusat pietisme hingga. Francke meninggal dunia pada tahun 1727. Dan salah seorang murid Franke ialah Zinzendorf (1700-1760). Ia menjadi pemimpin Herrnhut yang sangat giat dipekabaran injil. Pelopor revival adalah John Wesley (1703-1791) iapun mengalami peristiwa pertobatan. Pada akhir hidupnya ia mendirikan Gereja Metodhis.
Adapun menurut saya sebuah dampak positif yang tak kalah pentingya dalam sejarah Gerja Umum ialah   berkat usaha-usaha tokoh pietis dan metodis gereja Protestan mengalami kebangunan Rohani. Kebanguna rohani memamfaatkan kesempatan yang telah diciptakan oleh pencerahan. Pengaruhnya terasa dibidang social juga pada pihak lain, orang dapat juga mengajukan sejumlah pertanyaan kritis terhadap pietisme dan Revival.
B.     Pengaruh Aliran Pietisme
       
Dampak Positif yang ditimbulkan oleh aliran Pietisme ini adalah: Adanya Pekabaran injil yang dilakukan dalam rangka harapan kedatangan kerajaan Allah, yang dilakukan bersifat oikumenis, dimana ajaran yang dipegang sesuai dengan Alkitab dan pusat hidup adalah firman Tuhan,  Setia kepada Gereja, dan pola kesalehan sangat ditanamkan dalam kehidupan kelompok-kelompok Kristen khhususnya pada diri sendiri. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh aliran pietisme ini adalah: Berpikir pada manusia yang saleh itu adalah menjadi pusat hidup rohani yang menimbulkan rasa semangat fanatik dan sekte-sekte kecil dan menimbulkan perpisahan-perpisahan jemaat yang berbeda aliran sehingga terjadinya pertikaian.

C.     Pengaruh/Implikasi  Pietisme Di Indonesia
Pengaruh dan implikasi aliran pietisme di Indonesia ialah aliran ini melakukan misi pekabaran injil dan medirikan beberapa Lembaga Pekabaran Injil. Badan Pekabaran Injil Yang Berkarya Di Indonesia Pietisme masuk ke Indonesia melalui badan pekabaran Injil, diantarannya adalah:
·         NZG (Nederlandsche Zendeling Genootschap) 
NZG didirikan di Rotterdam tahun 1897. Badan ini tidak bertujuan untuk membentuk gereja dalam perkabaran Injil. NZG berasal dari bermacam-macam denominasi, sehingga NZG tidak mementingkan gerejanya sendiri. Badan ini menekankan penanaman agama Kristen yang benar dan aktif dalam hati manusia. Tujuan mereka adalah untuk mengkabarkan Injil kepada orang kafir. Badan ini berpengaruh di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
·         Pekabar-pekabar injil dengan profesi tukang
Pekabar-pekabar Injil Tukang yang terkenal adalah Gossner dari Jerman dan Heldring dari Belanda. Selama 10 tahun berhasil mengirim kurang lebih 52 orang-orang pekabar injil yang tersebar di Jawa, Irian Barat, Sangir dan Talaud. Mereka bergerak di bidang pelayanan sosial yang berpusat di Eropa. Gossner adalah seorang yang saleh dan Kristus menjadi pusat kehidupannya.
·         NZV (Nederlandsche Zendings Vereeninging)
Badan ini bekerja di Jawa Barat, warna teologi badan ini bertentangan dengan teologi modern dan NZV lahir pada tahun 1858.  Dan bagi mereka yang menjadi anggota NZV adalah mereka yang mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka, menyatakan bahwa tidak akan bekerjasama dengan orang-orang yang menyagkal keillahian Kristus.

·         UZV (UntrescheZendings Vereeninging)
 UZV dibentuk oleh orang yang tidak setuju dengan golongan modern dan mereka sebenarnya berasal dari golongan etis. Mereka lebih dekat dengan golongan ortodoks, tetapi lebih sedikit fleksibel. Badan ini menekankan bahwa kebenaran harus dinyatakan dalam seluruh perbuatan dan kepribadian.

·         Badan-badan Pekabaran Injil yang memakai nama Gereformeerd
            Badan ini mau menunjukkan bahwa mereka tetap berbegang pada ajaran calvin abad ke-16 dan 17. Badan ini terdiri dari 2 bagian yakni Nederlandsche Gereformeerde Zendings
Vereeniging (NGZV), didirikan pada tanggal 6 Mei 1859 merupakan badan yang memisahkan dari NZG karena tidak setuju dengan unsur-unsur modern yang menyusup dalam tubuh NZG. Anggotanya terdiri dari orang-orang Hervormd yang pietis. Daerah yang  mereka injili adalah Jawa Tengah dan Sumba.
    Gereformeerde Zendings
Vereeniging/ GZB (GZV) bekerja di daerah Toraja. Badan ini  Meskipun berwarna pietis yang berasal dari ajaran Calvinis abad 16 dan 17, tetapi tidak termasuk ke dalam Zending Gereja-gereja Gereformerd.
·         Badan-badan Pekabaran Injil lain 
Bassler Mission Gesselschaft  (BMG),  bersifat antar-denominasi. Didalam badan ini ada unsur Lutheran dan Calvinis. Badan ini bekerja di daerah Kalimantan Selatan Rheinische Mission Gesselschaft (RMG) juga bersifat antar-gereja. Sama seperti Bassler Mission Gesselschaft, badan ini merupakan badan pekabaran Injil yang berasal dari Jerman dan bekerja dalam lingkungan Uniert (gabungan antara Lutheran dan Reformiert).



Berikut merupakan bagan penyebaran Pietisme sampai ke Indonesia:



Oval: Pencerahan
 
Oval: Lembaga PIOval: Pietismev
 





















BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Dengan melihat aliran pietisme ini penulis menyimpulkan bahwa ternyata dalam pekabaran injil aliran ini sangat berkembang pesat dan suatu strategi yang digunakan ialah mendirikan berbagai lembaga pekabarAn Injil. Implikasi dari pietisme ini sangat memberI dampak yang sangat positif di Indonesia dimana gereja-gereja di Indonesia di dominasi oleh hasil dari aliran pietisme ini, dan suatu ucapan terimah kasih dan syukur kita bahwa seandainya mereka tidak datang kepada kita di Indonesia mungkin kita tidak akan pernah tahu siapa Kristus itu.
B.     Saran
Dari penulisan makalah ini penulis sangat mengharapkan bahwa apa respon kita terhadap misi mereka bagaimana kita mengucap syukur kepadaTuhan lewat pengorbanan mereka. Dan tantangan kita ialah apakah kita mau meneruskan misi mereka untuk membawa Kabar Sukacita kepada semua orang sperti apa yang telah mereka lakukan terhadap kita.






DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia(LAI)
Van den End Th, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011.
De Jonge Chr, Aritonang Jan,  Apa Dan Bagaimana Gereja Pengantar Sejarah Eklesiologi,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
McGrath Alister E., Sejarah pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Makalah Pengantar Teologi Sistematika



BAB  I

A.    LATAR  BELAKANG

Sepanjang sejarah paham tentang ketritunggalan Allah masih sangat banyak diperbincangkan, baik didalam pembahasan materi kuliah maupun dalam pertemuan pertemuan dalam bidang keagamaan.Banyak agama lain bahkan mengatakan bahwa agama Kristen mengabdi kepada  tiga Allah, tidak lepas dari hal  tersebut apa yang seharusnya menjadi jawaban dari kita sebagai umat kristiani yang percaya akan  ketritunggalan Allah tersebut? Haruskah kita menjawab bahwa itu tidak akan dijangkau oleh pikiraan dan akal manusia Namun menurut saya hal tersebut tidak tepat untuk dijadikan sebagai tameng dalam menghadapi berbagai tantangan ataupun menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diperhadapkan  kepada kita sebagai umat Kristen.Membahas tentang ketritunggalan Allah sangat banyak pendapat- pendapat menegenai hal tersebut.Bahkan ahli-ahli filsafat turut serta dalam  pemahaman mengenai trinitas.Eksistensi Allah mulai dipertanyakan dengan kata lain secara kasarnya ketritunggalan Allah masih merupakan sebuah misteri dalam kehidupan agama Kristen.

B.     RUMUSAN MASALAH
Seperti pada latar belakang bahwa trinitas masih banyak dipertanyakan, dalam makalah ini kita kan meninjau beberapa hal yang berkaitan dengan trinitas.

C.     TUJUAN  MASALAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni  pembaca dapat :
a.       Memahami keesaan dan kesatuan Allah
b.      Memahami apa pandangan para ahjli tentang Allah
c.       Memahami bahwa Allah dengan keesaanNya meninggalkan tahta kemuliaan berkorban demi dosa manusia melalui Sang Anak .

BAB II
LANDASAN TEORITIS


A.    TRINITAS
Trinitas merupakan teologi sistematika Kristen yang membahas tentang pengajaran Allkitab mengenai Allah , yang menyatakan dirinya dalam ketunggalan dan kemajemukan. Hanya ada satu Allah, tetapi kesatuan Allah itu berada dalam tiga pribadai yang hakekat keilahianya sama. Sang tunggal, benar, Allah yang hidup bukanlah tiga Allah atau pun tiga manesfestasi dari satu Allah. Allah adalah tiga pusat kesadaran pribadi yang sepenuhnya ilahi, setiap pribadi setara dan sekekal pribadi lainnya, yang bersama-sama membentuk satu keberadaan Allah.
Perjanjian lama berkali kali  memakai kata ganti jamak (kejadian 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8) serta kata kerja jamak (Kejadian 1:26; 11:7) ketika menunjuk pada diriNya sendiri.Perjanjian lama menekankan  ketunggalan Allah untuk mempertahankan Israel dari politisme bangsa- bangsa sekitarnya, kepercayaan kuno adalah Allah yang banyak  ( ulangan 6: 4) adalah sebuah penyataan klasik: “ dengarlah hai orang israel:Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!” bertolak belakang dari Allah palsu, politiesme, satu- satunya Allah Abraham, Ishak, dan Yakub Esa dan unik. Beberapa ayat perjanjian lama menunjukkan suatu kompleklitas didalam diri Allah, seperti yang ada di dalam (Yesaya 6:8), tatkalah Allah menyebut dirinya dalam bentuk tunggal dan jamak: “ lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘ siapa yang akan kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk aku?’ ” ( Alkitab berbahasa inggris dan alkitab yang berbahasa asli mengunakan kata “pergi untuk kita “).
Perjanjian baru menekankan kesatuan Allah tetapi memperkenalkan tiga pribadi                      ( Matius 28:19)  “karena itu pergilah, jadikan semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa Anak dan Roh Kudus”. Ketiganya di bedakan membawa satu “nama”.
Gagasan trinitas adala tiga dalam ketunggalan, tiga kepribadian dengan satu hakekat. didalam Allah yang satu, ketiga identitas pribadi dan kesadaran yang berhubungan satu dengan lainnya dalam kesatuan yang sempurna.[1]

B.      SEJARAH DAN PANDANGAN  PARA AHLI TENTANG TRINITAS
Di sepanjang sejarah Gereja tampak sebuah pergumulan gereja untuk merumuskan kepercayaannya mengenai Tuhan Allah, yang dimaksudkan disini adalah disatu  pihak Gereja berusaha untuk menghindarkan diri dari bahaya mempertahankan keesaan Allah dengan melepaskan ketritunggalan Allah artinya bahwa orang sedemikian menekankan kepada ajaran bahwa Allah adalah esa, sehingga sebutan Bapa, anak dan Roh Kudus seolah-olah hanya dipandang sebagai sifat sifat-sifat Allah saja.Di lain pihak bagaimana Gereja bergumul untuk menghindarkan diri dari bahaya mempertahankan ketritunggalan dengan melepaskan keesaannya artinya bahwa orang menekankan kepada perbedaan di anatara Bapa, Anak dan Roh Kudus, hingga ketiganya menjadi seolah-olah berdiri sendiri-sendiri tanpa ada kesatuannya Beberapa  pendapat yang perna dikemukakan orang tentang Trinitas:
v  Pada abad ketiga di Roma muncullah Praxeas, yang mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh. Sebagai Roh Tuhan Allah disebut Bapa. Allah ini telah mengenakan daging atau menjadi manusia. Allah yang mengenakan daging ini disebut Anak. Di dalam diri Tuhan Yesus Kistus Bapa dan Anak menjadi satu, dalam arti demikian, bahwa sang manusia Yesus, yang daging adanya adalah Anak, sedang Kristusnya, yang Roh adanya, adalah Bapa. Yang dilahirkan adalah Anak yaitu sang manusia Yesus di dalam diri Juruslamat. Sebenarnya anak inilah yang menderita sengsara, sebab Allah Bapa, yang Roh adanya, tidak dapat menderita. Tetapi karena Allah Bapa telah memasuki daging ( Kristus memasuki Yesus) Ia turut menderita juga[2].
v  Mempertahankan keesaan Tuhan Allah dan melepaskan ketritunggalanNya ini juga dilakukan oleh Sabellius ( Meninggal pada tahun 215). Ia mengajarkan, bahwa Tuhan Allah adalah esa. Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah modalitas atau cara menampakan diri Tuhan Allah yang esa itu. Semula, yaitu dalam P. L. Tuhan Allah menampakkan diriNya didalam modus Bapa, yaitu sebagai Pencipta dan Pemberi Hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan diriNya didalam wajah Anak, yaitu sebagai Juruslamat yang [3]melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran Kristus hingga kenaikanNya ke sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentakosta menampakkan diriNya didalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai yang menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urutan-urutan penampakan Tuhan Allah dalam sejarah.

v  Origenes ( Meninggal tahun 254). Menurut Origenes, Tuhan Allah adalah satu atau esa, sebagai lawan dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi sebab segalah sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan Allah, yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda.
v  Tertulianus (120-225) dari padanyalah istilah subtansi atau zat dan pesona atau pribadi dikenakan pada tritunggal. Ia merumuskan,bahwa Tuhan Allah adalah satu dalam subtansinya atau zatNya dan tiga didalam pesonaNya atau pribadiNya atau oknumNya.
Tertulianus sendiri mengajarkan demikian: Tuhan Allah memiliki pada diriNya akal atau budi. Budi ini dilahirkan atau dikeluarkan didalam Firman atau logosNya pada waktu penjadian alam semesta.
v  Agustinus umpamanya merumuskan ketritunggalan itu demikian, bahwa hubungan Bapa, Anak dan Roh Kudus di dalam zat ilahi adalah sebagai ingatan, akal dan kehendank, atau sebagai “yang mengasihi”, “sasaran kasih”, dan “kasih”. Roh bukan hanya satu fungsi, melainkan suatu tindakan kasih, ikatan yang menghubungkan Bapa dengan Anak.
v  Thomas Aquinas mengatakan, bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah cara ilahi, yang berdiri sendiri. Jadi yang dimaksud dengan persona adalah cara berada.
v  Calvin menerangkan persona sebagai suatu hal yang berdiri sendiri didalam kehidupan ilahi,yang satunya dibedakan dengan yang lain, karna sifat-sifat ilahi yang khas.
v  Karl Barth dan Karl Rahner, teolog Katolik, dengan tegas menyatakan bahwa dengan tegas menyatakan  bahwa pemakaian paham pribadi modern person untuk  Allah tak dapat  tidak membawa sampai tiga Allah.  Barth dan Rahner ini sepaham: kalau firman dan Roh disebut pribadi dalam arti modern, maka satu Allah itu menjadi tiga. Barth berbicara tentang satu Allah dalam tiga cara yang berbeda-beda: Rahner pake kata data, maka kata-kata itu lebih cocok dengan kata data atau fakta untuk penampilan yang berbeda-beda.
v  Paulus dari Samosata, yang meninggal pada tahun 260. Menurut Paulus, Tuhan Allah hanya dapat dipandang sebagai satu pribadi saja. Tetapi didalam diri Allah dapat di bedakan  antara Logos ( Firman) dan Hikmat. Logos dapat disebut anak, sedang Hikmat dapat disebut Roh. Logos bukanlah suatu Pribadi, melainkan suatu kekuatan yang tidak berpribadi[4]
























BAB III
ANALISIS KRITIS

A.    EKSISTENSI ALLAH DALAM TRINITAS

Jika berbicara tentang eksistensi atau keberadaan Allah dalam ketritunggalan, saya sangat tidak setuju dengan pemahaman oleh Paulus dari Samosata yang mengatakan bahwa Tuhan Allah hanya dapat dipandang sebagai satu pribadi saja, saya agak setuju dengan paham Sabellius yang mengatakan bahwa ketritunggalan itu meliputi Tuhan Allah yang esa.Bapa,Anak dan Roh Kudus adalah cara menampak diri Tuhan Allah yang esa itu.Seperti yang telah kita ketahui bahwa semula allah menampakkan diri sebagai pencipta, kemudian Allah menampakkan diri sebagai Anak (Yesus Kristus) dan setelah Yesus terangkat ke sorga bahakan dalam kehidupan Yesus Kristus khususnya dalam pembaptisan Allah menampakkan diri sebagai Roh Kudus dan setelah Yesus terangkat kesorga pada hari raya Pentakosta atau hari keturunan Roh Kudus.
Saya tidak setuju pula dengan paham Praxeas yang mengatakan Tuhan adalah Roh.sebagaio Roh Tuhan Allah disebut sebagai Bapa.Menurut dia Allah mengenakan daging atau menjadi manusia. Allah mengenakan daging dan disebut anak, artinya bahwa  didalam Kristus Bapa dan Anak menjadi satu sedangkan Roh adalah Bapa. Paham oleh Praxeas ini menurut saya secara kasarnya bukan lagi ketritunggalan tetapi hanya dua didalam satu atau dengan kata lain bukan tritunggal tetapi Dwitunggal. Hal tersebut ditandai dengan sebutan bapa dan Anak menurut pahamnya tidak menunjukkan pada perbedaan.
Menurut Nico Syukur Dister dalam TEOLOGI SITEMATIKA ketiga oknum dari ketritunggalan tersebut memiliki perbedaaan tingkatan  kalau kita mecoba memahaminya dia seakan-akan mengatakan bahwa Allah ditingkat yang paling atas kemudian Yesus dan ditingkat ketiga barulah Roh Kudus. Menurut saya hal itu kurang tepat untuk membeda-bedakan posisi dari oknum tersebut karena tiga oknum yang bebeda dalam tiga tugas ini merujuk pada satu hal yang satu yang menunjukkan pada kesatuan Allah dan keesaan Allah
B.     KEBERADAAN ANAK DAN ROH KUDUS DALAM PENCIPTAAN
Keberadaan Anak dan Roh Kudus dalam penciptaan cukup mengundang banyak kritikan hal ini dikarenakan banyak pendapat pendapat yang mengatakan bahwa :
a.       Roh Kudus dan Yesus (Anak) sudah ada pada masa langit dan bumi diciptakan. Artinya disini bahwa Yesus dan Roh Kudus ikut mengambil peran dalam proses penciptaan.
Berkaitan dengan hal ini saya  setuju dengan  hal tersebut bahwa dalam penciptaan sudah dilibatakan Anak dan Roh Kudus mengapa demikian Anak  dan Roh Kudus .
b.      Roh Kudus dan Anak(Yesus Kristus) belum ada pada saat penciptaan
Kalau  pendapat tersebut dikorelasikan dengan pendapat Sabellius hal tersebut ada benarnya mengapa demikian, seperti yang dikatakan oleh Sabellius bahwa Allah menampakka diri secara langsung kepada Adam dan Hawa(Allah selaku Bapa)kemudian Allah menampakkan diri kepada kita umat manusia untuk menebus dosa manusia di  dalam Yesus Kristus (Allah selaku Anak) kemudian setelah Yesus naik ke sorga keturunan roh kudus serta dalam baptisan Tuhan Yesus Kristus (Allah selaku Roh Kudus), dengan paham bahwa Allah belum ada pada saat penciptaan.
      Menurut saya seperti yang dikemukakan oleh Boland dan Niftrik  secara pasti dan tepat tidak dapat dipastikan eksistensi yesus pada saat penciptaan. Dan tidak ada seorang teolog pun yang mampu medeksripsikan secara tepat dan sempurna mengenai Trinitas ini. Pemahaman saya tentang trinitas adalah bahwa ketritunggalan Allah memang benar benar ada dan Allah sungguh menyatakan dirinya dalam hakikat Allah yang satu dan esa yang terdapat tiga “cara berada “ yang tidak dapat dipisah pisahkan, namun harus dibeda-bedakan.Allah itu adalah satu dan esa, tetapi pada hakikat Allah yang satu itu kita dapat bedakan ketiga cara-beradaNya yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan  Roh Kudus.

BAB IV
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang trinitas dalam makalah ini saya menyimpulkan bahwa Allah tritunggal memang benar dan saya meyakini hal tersebut dilakukan oleh Allah sendiri dengan inisiatif Allah sendiri Dan tidak ada seorang teolog pun yang mampu medeksripsikan secara tepat dan sempurna mengenai Trinitas ini. Pemahaman saya tentang trinitas adalah bahwa ketritunggalan Allah memang benar benar ada dan Allah sungguh menyatakan dirinya dalam hakikat Allah yang satu dan esa yang terdapat tiga “cara berada “ yang tidak dapat dipisah pisahkan, namun harus dibeda-bedakan.Allah itu adalah satu dan esa, tetapi pada hakikat Allah yang satu itu kita dapat bedakan ketiga cara-beradaNya yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan  Roh Kudus.

B.     SARAN
Demikian makalah ini saya buat secara pribadi saya menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan maka dari itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca.













DAFTAR PUSTAKA



Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia 2009,2007
Boland,J & Niftrik,Dogmatioka Masa Kini: Jakarta : BPK Gunung Mulia 2013
Ryrie, Charles, Teologi Dasar 2, Yogyakarta : Andi 1991
 Cornish, Rick, 5 Menit Teologi
Thiessen, Hendry, Teologi Sitematika, Malang: Gandum Mas 2010
Alkitab Terjemahan Resmi (Lembaga Alkitab Indonesia)



[1]  DR.RICK CORNISH 5 menit teologi hlm 104-105
[2] Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta:Gunung Mulia, 2009) Hal. 104-107
[3] Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta:Gunung Mulia, 2009) Hal. 105-106
[4] Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta:Gunung Mulia, 2009) Hal. 106-107

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS